Fajar Nugros Sutradara film ini, mengatakan, ide awal pembuatan film tersebut bermula dari rasa keprihatinan dirinya dalam Pemilu Legislatif 2009 kemarin, yang hampir 40% angka Golongan Putih (Golput) berasal dari kalangan remaja. "Kita tahu bahwa angka golput kemarin, 40 persen disumbangkan dari kalangan remaja," kata Fajar Nugros, yang baru pertama kali menyutradarai film layar lebar ini.
Film QUEEN BEE yang dibintangi oleh Mathias Muchus dan Tika Purti mengimbau remaja Indonesia adar tidak cepat apatis terhadap kondisi politik tanah airnya. diharapkan dengan adanya film ini, para remaja Indonesia tidak lagi bersikap apatis dan mau peduli terhadap keadaan negaranya, dan remaja di Indonesia bisa semakin kreatif dan lebih baik lagi
QUEEN BEE merupakan film yang menceritakan tentang kepercayaan dan cinta keluarga serta disisipi dengan pendidikan politik yang ringan untuk dicerna oleh penonton. Film ini bertutur tentang hubungan antara ayah kandung dan seorang anak yang baru menginjak usia 17 tahun.
Quenyta, gadis 17 tahun yang ditinggal mati ibunya di usia lima tahun kehilangan sosok ibu sekaligus ayah karena Rachmat Siregar, ayahnya yang diperankan oleh Mathias Muchus, sibuk dengan kegiatan politiknya. Tepat saat perayaan ulangtahun ke 17 putrinya, Rachmat Siregar dikisahkan lolos di pemilihan calon presiden putaran pertama dan harus berjuang untuk lolos di putaran kedua. Janji makan malam untuk merayakannya ultah putrinya pun buyar.
Belum hilang rasa sebal karena Quenyta pada ayahnya atas gagalnya perayaan ulang tahunnya, Quenyta mendapati kenyataan harus dikawal dengan ketat sebagai konsekuensi atas kemenangan kampanye ayahnya. Sebagai putri calon presiden, Quenyta masuk dalam operasi Queen Bee. Sandi untuk sistem pengawalan dirinya.
Queen yang masih berumur 17 tahun tentunya sangat ingin mendapatkan kasih saying dan pengalaman masa muda yang ingin diraihnya di lingkungan tempat Queen tinggal. Dengan sikap ayahnya yang terlalu larut dengan urusan politik menjadikan Queen apolitis karena kesal dengan hal-hal berbau politik.
Kehilangan waktu becengkrama dengan ayahnya dan ketidakpahaman Quenyta akan tujuan ayahnya dalam berpolitik membuat komunikasi ayah dan anak semakin berjarak. Karena itu negosiasi pun dibuat. Rachmat Siregar bersedia melonggarkan pengawalan putrinya dengan satu syarat Quenyta bersedia mengikuti progam kampanye yang dijalani ayahnya.
Queen bukan gadis seperti yang kita kenal pada anak-anak pejabat di Indonesia khususnya yang mengeksklusifkan diri terhadap lingkungannya. Justru Queen tipe cewek yang memandang semua manusia pada dasarnya sama, tidak ada pengkotak-kotakan, dan yang paling penting baginya adalah kebebasan. Selain itu, Queen juga sosok anak muda yang kreatif dan melek teknologi akibat penguasaannya terhadap dunia maya termasuk yang sedang digemari sekarang yakni Facebook.
Walau punya kecerdasan, Queen tetap dianggap anak muda yang tidak mengerti apa-apa dalam urusan politik oleh sang ayah. Seringkali masukan-masukan yang diberikan selalu dimentahkan oleh ayahnya. Suatu ketika, tim sukses Rachmat menyerah tidak mampu merangkul anak muda.
Justru Queen yang punya jawabannya. Queen mengandalkan situs jejaring Facebook, menggaet komunitas-komunitas anak muda dengan sangat mudah. Cara itu berhasil hingga Rachmat mendapat apresiasi tinggi dari anak-anak muda.
Di sisi lain, Queen tidak suka ulah pengamanan yang berlebihan dari Paspampres (Oka Antara) yang khusus diterjunkan untuk melindungi dirinya, Dampaknya, semua laki-laki jadi enggan mendekati Queen. Ada satu momen, hadir seorang pria tampan bernama Braga (Reza Rahadian) mengaku orang LSM Melati Putih yang membantu korban bencana alam ternyata berhasil meluluhkan hati Queen. Termasuk meyakinkan diri kepada Rachmat bahwa Queen bisa merasa nyaman bila berada di sisinya.
Pengawalan ketat dari secret service tersebut membuat Queen merasa terkekang dan kehilangan kepercayaan dari ayahnya. Konflik memuncak ketika Queen dituduh mengkorupsi uang pemberiaan ayahnya, yang seharusnya dipergunakan untuk sumbangan Pentas Seni (Pensi) di sekolah, ketika Queen menyalahgunakan kepercayaan ayahnya untuk memberikan sumbangan uang sebesar Rp100 juta kepada sekolahnya malah diberikan kepada Braga. Niat Queen, uang itu bisa lebih berguna bila diberikan kepada korban bencana daripada untuk acara pentas seni di sekolahnya.
Rachmat pun marah besar dan menuduh Queen telah menggelapkan uang Rp100 juta. Tapi Queen tidak menyerah begitu saja. Diam-diam Queen mendatangi kantor LSM Melati Putih untuk mencari tahu siapa Braga sebetulnya. Aksi Queen diketahui oleh Braga yang ternyata preman dan penipu ulung. Queen pun disekap dan dibawa ke daerah galangan kapal yang sepi untuk 'diamankan'.
Lalu apakah Rachmat sang calon presiden rela mengambil keputusan yang tidak populer hingga mengorbankan ambisi politiknya demi menyelamatkan putri tunggalnya? Apakah karier politiknya bisa diselamatkan dengan jatuhnya dukungan rakyat akibat skandal uang yang dilakukan Queen?
Prolog film ini mengambil waktu cukup banyak dari film berdurasi hampir 120 menit, sehingga hampir membosankan sebenarnya. Untunglah konflik Quenyta dengan teman sekolah, pengawal, ayah, dan lelaki pujaan hatinya datang berturut-turut sehingga penonton bisa merangkai cerita dengan cepat dan tidak larut dalam bosan. Apalagi tingkah Quenyta yang selalu berusaha melarikan diri dari pengawalnya, cukup lucu untuk menyegarkan penonton.
Selain diperankan oleh Matchias Muchus dan Tika Putri, QUEEN BEE juga dimeriahkan oleh Jajang C Noer (Mak Cik) dan Sarah Sechan (Silvi, asisten Rachmat) dan Reza Rahadian (Braga, kekasih Queen).
Tema besar film muncul dengan manis bersama kritikan-kritikan sang penulis skenario, Ginarti S Noer, tentang tidak tergarapnya pemuda sebagai pemilih pemula.
Menurut Ginarti, setelah angkatan 98 habis, angkatan di bawahnya sudah malas demo. Anak muda tak mau tahu tentang politik, sedangkan politikus juga tidak menggarap kampanye untuk segmen anak muda.
Kritikan tentang banyaknya anak muda yang menganggur, industri kreatif yang kurang modal, hingga materi kampanye yang membosankan diwakilkan dalam protes Quenyta atas kaos dan poster kampanye ayahnya yang terkesan jadul. Quenyta akhirnya mendesain ulang kaos dan poster kampanye tersebut.
Keterlibatannya dalam kampanye akhirnya menumbuhkan kepercayaan ayahnya kembali, selain itu Quenyta menyadari alasan mengapa ayahnya ingin menjadi presiden.
“Sebagai ayah, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Rumah yang nyaman untuk berteduh, hingga Negara yang membuatmu bangga kuperjuangkan untukmu.”
Sayangnya, kesadaran Quenyta datang terlambat setelah dia melakukan kesalahan fatal yang merusak citra ayahnya sebagai calon presiden. Tentu ayahnya murka, pers menyorot habis-habisan. Padahal waktu kampanye tinggal beberapa hari. Gagalkah Rachmat Siregar menjadi Presiden?
Film Tayang Saat Ini
Film Akan Tayang
I Hate Valentine's Day 03/07
Harry Potter and the Half-blood Prince 15/07
G-Force 24/07
Orphan 24/07
Aliens in the Attic 31/07
Funny People 31/07
Harry Potter and the Half-blood Prince 15/07
G-Force 24/07
Orphan 24/07
Aliens in the Attic 31/07
Funny People 31/07
Blog List
Labels
- Film Barat 2009 (12)
- Film Indonesia 2009 (9)
Posted by
Boedhy.NET
Sunday, June 7, 2009
Labels:
Film Indonesia 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)